Rabu, 02 Oktober 2013

He is teach me. Thankyou.

Aku tiba di salah satu masa, di mana kenyataan-kenyataan sukar sekali dicerna. Berat sekali rasanya mendeskripsikan rasa. Tapi apa daya, semua harus dilewati.

Haha lucu memang, saat aku sadar kalau sebernya aku gak akan ikut memegang andil dalam kenyataan itu. Lebih lucu lagi ketika aku mengingat, beberapa waktu yang lalu impian sudah ada di depan mata.
Impian itu tidak lebih dari 2 inci di depan mataku, tapi aku memilih untuk mengabaikannya. Sekali lagi. Mengabaikannya.

Sekarang, ketika seseorang berhak atas impianku aku merasa jatuh. Kata 'menyesal' tidak cukup tepat untuk menjelaskannya. Bayangkan saja. Kalau waktu itu aku mau berusaha sedikit saja, pastilah kenyataannya akan berbeda.

Hal pertama yang aku lakukan adalah protes dengan Tuhan. Kenapa begini kenyataannya. Tuhan tidak memberikan jawaban. Aku mencoba untuk lebih tenang, dan waktu itu aku hanya mencoba belajar. Belajar ikhlas dan belajar menerima. Doa-doaku selanjutnya tidak penuh dengan pemberontakan dan protes lagi. Dengan besar hati, aku hanya minta dikuatkan. Tuhan menjawabnya.

Tuhan mengajariku cara bersyukur, cara menerima dengan rendah hati, dan mengikhlaskan yang seharusnya terjadi.

Rabu, 2 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar