Senin, 02 Juni 2014

Laut, taukah dirimu, bahwa dari segala macam rasa yang kupunya aku tak pernah sedalam ini?

Aku membiarkan diriku tenggelam. Lebih dari itu, aku tak berusaha menyelamatkan diriku.
Bangkit saja aku tak mampu. Apalagi berenang ke permukaan?

Adakah kau datang menyelamatkanku?

Aku menunggmu di dasar.


Dari Lenta,
untuk Lautku sayang.

21/05/14
Aku menulis ini ketika aku berniat untuk berhenti menulis. Bukan karena hampa yang kurasa. Tapi, aku hanya berfikir, mendapatkanmu akan lebih indah dari rangkaian kata mutiara pujangga.
Setelah aku menyadari kau begitu jauh, bahkan, kau tampak semu. Kau tak nyata. Merengkuhmu pun mustahil bagiku.
Maka dari itu aku memutuskan untuk; berhenti mencintaimu, menutup rapat-rapat hatiku, berusaha bangkit, dan akan kembali menulis. 

Untukmu yang selalu hadir dalam setiap rawian doaku.
21/05/14

Rabu, 02 Oktober 2013

He is teach me. Thankyou.

Aku tiba di salah satu masa, di mana kenyataan-kenyataan sukar sekali dicerna. Berat sekali rasanya mendeskripsikan rasa. Tapi apa daya, semua harus dilewati.

Haha lucu memang, saat aku sadar kalau sebernya aku gak akan ikut memegang andil dalam kenyataan itu. Lebih lucu lagi ketika aku mengingat, beberapa waktu yang lalu impian sudah ada di depan mata.
Impian itu tidak lebih dari 2 inci di depan mataku, tapi aku memilih untuk mengabaikannya. Sekali lagi. Mengabaikannya.

Sekarang, ketika seseorang berhak atas impianku aku merasa jatuh. Kata 'menyesal' tidak cukup tepat untuk menjelaskannya. Bayangkan saja. Kalau waktu itu aku mau berusaha sedikit saja, pastilah kenyataannya akan berbeda.

Hal pertama yang aku lakukan adalah protes dengan Tuhan. Kenapa begini kenyataannya. Tuhan tidak memberikan jawaban. Aku mencoba untuk lebih tenang, dan waktu itu aku hanya mencoba belajar. Belajar ikhlas dan belajar menerima. Doa-doaku selanjutnya tidak penuh dengan pemberontakan dan protes lagi. Dengan besar hati, aku hanya minta dikuatkan. Tuhan menjawabnya.

Tuhan mengajariku cara bersyukur, cara menerima dengan rendah hati, dan mengikhlaskan yang seharusnya terjadi.

Rabu, 2 Oktober 2013

Senin, 30 September 2013

Hujan Sebentar Lagi Reda

Kemaren itu asli takut banget hahaha rasanya kayak mau mati (?) tapi kalo udah sama temen-temen pasti kuat, semuanya pasti berlalu.

Pada dasarnya, rasa takut itu gak akan pernah menyelesaikan semua masalah. Hadapai saja semuanya, rasakan sakitnya. Percayalah, semua pasti terobati, semua pasti berlalu HAHAHAHA. Dan pastinya kita bisa mengambil hikmahnya.

Ibaratnya hujan. Kita gak pernah bisa membuat tetes air hujan berhenti. Kita gak bisa melawan hukum gravutasi dengan mengembalikan lagi tetes hujan ke awan. Kita cuma harus menghadapinya. Terjang saja hujannya. Jangan takut kedinginan, dan jangan takut kebasahan. Setelahnya, hujan akan berhenti turun, hujan akan mereda. Setelah itu? Akan ada pelangi.

Yang kita butuhkan, hanyalah percaya. Yeah, that's it.

Senin, 09 September 2013

Repost

Agnes Putri dalam Karya Lukisannya


Senin; 09 September 2013 [Alexius Gunawan, SMA ST. CAROLUS BENGKULU] - Artikel Umum
Agnes Putri dalam Karya Lukisannya
(Hasil wawancara Brigitta Ra Sekar, Sagitha Oktaviansa, Feilani, Agnes Febrina)

            Darah seni memang  telah lama mengalir dalam tubuh Agnes Putri Wiraswasti, gadis mungil dengan berat  badan 43 kg dan tinggi badan 153 yang akrab dipanggil Agnes.  Ia bisa dikategorikan sebagai calon pelukis hebat dan handal yang sudah banyak sekali menorehkan prestasinya di dunia seni lukis. Sudah sejak lahir Agnes tinggal di Desa Pekik Nyaring No. 33 Bengkulu Tengah. Bersama dengan orang tua dan kedua orang saudaranya Ia mengaku betah tinggal di desa dengan sawahnya yang selalu menghijau setelah musim ‘wiwit’ ini. “Senang sekali bisa tumbuh besar di sini (Desa Pekik Nyaring), di sini tenang dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota” akunya sore itu. Siswi kelas XI IPS 1 ini menamatkan TK, SD, dan SMPnya di Sint Carolus Bengkulu dan bercita-cita melanjutkan studi di Universitas Gajah Mada.
            Tiga tahun belakangan adalah tahun-tahun emas baginya, karena Agnes berhasil meraih prestasi cemerlang di bidang lukis. Dua tahun lalu, Agnes dinobatkan menjadi Duta Sanitasi untuk Provinsi Bengkulu dan merebut juara yang ke-3. Setahun sebelum mendapat gelar Duta Sanitasi, putri kedua dari pasangan Bapak Yakobus Paryono dan ibu Theopila Haryani ini medapatkan kesempatan pergi ke Ibu Kota Indonesia, Jakarta untuk mengikuti lomba lukis yang diadakan oleh DULUX dan  berhasil merebut Juara Favorit. Agnes mengaku kurang puas dengan prestasinya itu, tetapi pengalaman itu tak pernah meredamkan semangat Agnes untuk selalu berkarya. Dibuktikannya belum lama ini, Agnes menjadi perwakilan sekolah dalam FLS2N bidang Desain Poster dan meraih juara 1 Desain Poster tingkat Kota, tetapi belum berhasil dalam seleksi provinsi. Kekalahan itu makin menyulutkan semangatnya untuk terus dan terus melukis. Dengan dukungan ibunda tercinta, baru-baru ini Agnes berhasil membuktikan lagi minatnya yang besar terhadap dunia lukis. Sang ibu mengikut-sertakan putrinya dalam lomba lukis yang diadakan untuk memperingati hari jadi BKKBN, dan lagi, Agnes berhasil merebut juara ke-2.
            Dalam wawancara kami sore itu, Ia mengaku bukanlah proses yang instan dan mudah untuk menjadi dirinya yang sekarang, pribadi yang berprestasi dan dibanggakan. Menurutnya, selalu ada rintangan yang menghadang, tetapi tekad kuatlah yang  mampu menggeser keberadaan rintangan itu. Calon pelukis handal yang mengidolakan Pak Asep, pelukis Bengkulu, ini mengaku bahwa kecintaannya pada dunia lukis mulai nampak kala Ia diikutkan dalam seleksi lomba lukis saat ia duduk di kelas 2 SD. Bakatnya pun mulai terlihat kentara saat beberapa kali Ia berhasil merebut juara pada lomba-lomba lukis tingkat SD. Atas kemauan dan dukungan dari orang tuanya, Agnes mencoba mengikuti ekstrakurikuler lukis dan mengikuti les privat melukis oleh seorang pelukis berpengalaman.
            Sebagai siswi yang telah lama mencoba berkecimpung dalam ranah lukis, Agnes tetap menemukan banyak kendala disetiap langkahnya menuju kesuksesan. Seperti yang diceritakan, sering kali ia kehabisan ide. Oleh karena itu, ia harusrefreshing untuk kembali mendapatkan inspirasi cemerlang yang layak ia tuangkan ke dalam lukisannya. Dalam proses pelukisan pun,  Agnes sering kesal karena minimnya durasi yang diberikan. Padahal, melukis membutuhkan waktu yang cukup lama. Seiring dengan berjalannya waktu, Agnes banyak menimba ilmu di setiap pengalaman melukisnya. Berikut ini adalah tips-tips melukis dari Agnes:
-  Jangan mudah bosan
-  Jangan takut salah
-  Berani bermain warna
Sejauh ini, dunia lukis baru menjadi tempat ‘curahan-hati’ bagi Agnes. Ia belum benar-benar melihat prospek yang baik dalam dunia lukis. Ia bercita-cita menjadi seorang akutan profesional. Pengalaman dan segudang prestasi yang diraih Agnes membuktikan bahwa apapun impian kita, akan berhasil kita raih jika kita mau berusaha dan pantang menyerah. “Kalah atau menang itu biasa, yang penting kita sudah berusaha.” Begitu kata Agnes yang berusaha menyuntikkan motivasi bagi kita semua.


Senin, 02 September 2013

Jomblo multistalker!

    Aku sudah sering jatuh, baik jatuh sendiri, maupun dijatuhkan. Parahnya, aku lebih sering menyalahkan mereka yang menjadi tambatan hatiku. Padahal kebenarannya adalah itu bukan salah mereka, itu salahku yang menjatuhkan hati di tempat yang benar-benar salah. Aku tak pernah berani mengungkapkan rasa, panggil saja aku si pengecut. Karena memang itu yang sebenarnya terjadi.
    Oh ya, jangan main-main denganku. Aku ini multistalker, stalker yang pro dan handal. Aku bukan sombong, tapi kemampuan lahiriahku itu kudapatkan semenjak aku mengenal seorang yang mungkin sampai detik ini tak pernah tau bahwa ada sosok manusia yang absurd seperti aku menggilainya.
    Tanpa disadari, aku selalu memperhatikan tingkah dan lakunya. Setiap inchi bentuk badannya, body languagenya, berapa kira-kira berat badan dan tingginya, berapa kali dia imunisasi sewaktu balita, dan cara pandangnya terhadap sesuatu. Percayalah, hal-hal yang biasa saja bagimu, tak pernah kecil dimataku.

Minggu, 18 Agustus 2013

STRANGER: Memberi Kesan dan Membawa Pesan

    Kalian pernah gak dengar pepatah yang bilang "love at first sight"? Kalau 'dipribumikan' bahasanya kira-kira menjadi 'cinta pada pandangan pertama'. Nah, saya adalah salah satu penganutnya. Tapi yang saya maksud bukan 'cinta' yang membawa aura galau bagi kaum jomblowan dikala malam minggu tiba (maaf yang kesindir). Tapi cinta yang memberi kesan, bahkan membawa pesan. Berdasarkan filsafah yang (tanpa sadar) saya anut ini, saya sudang banyak sekali mendapat refleksi hidup (Refleksi? Dipikir pijat refleksi gitu?). Refleksi yang saya dapat ada yang benar-benar mengubah pola pikir saya yang 'kolot' menjadi sedikit lebih baik, walaupun saya masih sering 'ngaco' tetapi saya berusaha untuk berfikir kritis, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya (?). Pola pikir saya semakin hari semakin berevolusi seiring banyaknya orang asing yang lalu-lalang dalam hidup saya. Seperti yang saya alami belum lama ini.

   Dikomunitas kecil yang saya ikuti, suatu waktu saya dikenalkan kepada seseorang (cie. optimis masa jomblo bakal berakhir), seseorang yang asing bagi saya. Usianya tidak jauh berbeda dari saya, hanya terpaut dua tahun di atas saya. Sebut saja Mas Di. Kenapa dipanggil 'Mas Di'? Ya gakpapa, biar greget aja. Kenapa disamarkan namanya? Ye suka-suka gueh.
Lambat laun saya mulai kenal nih sama Mas Di, awalnya hanya sebatas teman ngobrol dan teman bercanda. Eh tapi gak lebih dari temen kok (berharapnya sih lebih, loh?) Tapi orangnya bener-bener pendiem dan susah diajak ngelawak, sedangkan saya orangnya ngawur bin sembrono yaudah kalo dibecandain si Mas Di mah telak. Kalem gitu deh, stay cool :) tapi baik dong, tjakep lagi. Tibalah saya pada suatu obrolan panjang yang topiknya ngalor-ngidul gak karuan. Tapi saya mulai melihat ada yang berbeda dari orang yang satu ini, pola pikirnya maju dan berbeda. Saya sempat mengkonsultasikan beberapa hal yang ingin saya tanyakan. Jawabannya sederhana tetapi cetar membahana! (susuasu banget deh pokoknya) Mas Di sangat peduli dengan hal-hal kecil yang sering diremehkan orang. Mungkin yang menurut kita tabu, bagi Mas Di sah-sah saja. Mas Di bener-bener menyuntikkan motivasi bagi saya. Sedangkan saya yang disuntik merasa greget dan kaget. Jawaban-jawaban yang dengan mudahnya terucap dari mulutnya tanpa sadar mengubah cara pandang saya terhadap suatu masalah.
 Ada beberapa poin yang bisa simpulkan dari percakapan gak jelas kami malam itu, berikut beberapa contohnya:
1. Jika ada masalah, jangan menilai hanya dari satu perspektif saja. Cobalah lihat dari sudut pandang yang lain, ada suatu nilai positif yang mungkin bisa kamu ambil.
2. Biasakan memandang sesuatu dari segi positifnya dulu. Jangan langsung nge-judge orang lain dengan segala pola dan prilaku negatifnya.
3. Apapun yang sedang dan yang sudah terjadi, bersyukurlah. Jangan sekali-kali menyesalinya, karena ada banyak sekali alasan kenapa kita harus bersyukur. Lihatlah ke bawah, kita harus tau caranya bersyukur. 

    Tapi, pertemuan kami disekat rapi oleh waktu (nangis di pojokan). Mas Di harus kembali ke negeri asalnya entah negeri apa namanya pokoknya negeri nan jauh di mata, kayaknya sih negerinya aladin tapi saya lupa nanyain alamat sama kode posnya. Pertemuan kami hanya berlangsung selama hitungan jam. Sekarang Mas Di sedang sibuk melanjutkan karirnya dan untuk suatu alasan tidak bisa dihubungi. Mas Di perlu tahu, kalau dia adalah orang asing pertama yang mampu masuk dengan mudahnya ke dalam hidup saya dan pergi dengan meninggalkan jejak yang berharga. Mas Di juga alasan di balik berdirinya blog ini. Kesan yang Mas Di tinggalkan mungkin biasa saja bagi secuil makhul hidup, tapi bagi saya dia itu lebih dari seorang 'mas' instan yang gak sengaja ketemu. Nah, pesan yang (tanpa sadar) Mas Di sampaikan sama saya ngena banget, sinkron sama hidup saya yang acakadul ini. Pokoknya Mas Di tjakep lah, thanks ya bro :D

"mas, rahasianya biar gak suka marah apa ya?"
"tarik nafas, terus senyum :)"
"yakin nih mujarab?"
"yakin, coba aja"

 credit to: stranger
august 18th 13,bkl